“Bangunlah ,matahari pagi yang cerah telah datang menjemputmu. Ia mengucapkan selamat pagi.”
Aku tersenyum,lalu membuka mataku.Tapi semuanya sama saja.Gelap,tanpa seberkas cahaya pun.Ya,inilah duniaku.Aku berharap,saat pagi datang,aku akan dapat melihat burung-burung yang berterbangan dan tetes embun di atas dedaunan.Itu adalah hal yang biasa bagi anak normal,tetapi merupakan impian bagiku.
Hari ini hari Minggu.Aku tak perlu bersiap-siap berangkat ke sekolah.Aku duduk di meja belajarku,sambil meraba-raba huruf braile yang ada di depanku.Aku lebih senang membaca buku daripada berjalan-jalan.Bukannya karena aku takut tersesat, tapi aku takut kejadian dulu terulang lagi.
Saat aku berjalan-jalan,beberapa anak kecil menghampiriku.Aku dapat merasakan tatapan mereka yang mengejek.Kemudian mereka tertawa dan berteriak
“Orang buta ! Orang buta!”Bahkan mereka melempariku dengan batu-batu kecil.Sejak saat itu,aku lebih suka mengurung diri.
Aku membutuhkan teman hingga akhirnya Liz datang.Aku tak tahu siapa dia .Saat pertamakali mengenalnya,,ia berkata,”Aku ada hanya untuk kamu,Via.Karena itu,aku minta kau tidak mengatakan pada siapapun tentang aku.”
Sejak itulah kami berteman.Liz selalu membangunkanku dengan kata-kata bijaknya.Dan Liz selalu ada saat aku sendirian di dalam kamar.Mama selalu pulang malam.Aku tahu ,mama berusaha keras agar dapat membiayai operasi mataku .Ah,seandainya Papa masih ada. . .
Aku menutup pintu kamar sambil tersenyum .
“Liz. . . . “
“Aku disini.Kau tampaknya sedang bahagia .”
“Ya.Tadi mama bilang,Minggu depan aku akan dioperasi.’’
Sunyi.Tidak ada jawaban.”Liz? Apa kau tidak senang?”
“Oh,aku senang.Hanya saja. . . aku takut kau tak akan mengenaliku lagi nantinya .”
“Liz kau tak perlu khawatir.Siapa pun kamu ,dari mana pun asalmu aku tak peduli ,kau adalah sahabatmu.”
“Kau akan berkata lain nanti.Percayalah.”
Aku hendak membuka mulut lagi,Liz tidak mengijinkanku.
“Dunia itu indah .Tapi ingatlah,jangan terjebak oleh keindahan dunia.”
“Liz . . .” Sunyi.Tak ada jawaban .Ke mana Liz? Dan siapa dia?
Aku terbaring di sebuah ranjang.Suara alat-alat terdengar di telingaku.Aku takut .Kemudian beberapa orang suster dan dokter berbicara,tapi aku tak dapat mendengarkannya lagi .Aku merasa mengantuk .Dan aku pun terlelap.
Aku tak tahu apakah aku dalam keadaan sadar atau tidak .Yang jelas, aku merasa tubuhku begitu ringan .Suasana begitu sunyi.Aku merasa sedikit takut.
“Via ,ini aku Liz ,”tiba-tiba Liz berada di hadapanku.”Jangan takut ,tenanglah sebentar lagi kau akan bisa melihat .Kau akan tahu bagaimana bunga-bunga di taman dan birunya langit ,kau akan menjadi anak yang normal.Aku tahu kau adalah anak yang baik.Jangan lupakan mereka yang pernah senasib denganmu.Ingatlah,betapa sulitnya hidup dalam kegelapan.”
Setelah itu semuanya kembali sunyi.
“Kau sudah siap? Sebentar lagi kau akan bisa melihat .”
“Ya ,Dokter.Aku Cuma terlalu senang.”Aku tertawa kecil.jantungku berdebar kencang.Mama memegang erat tanganku .
Dokter memegang perbanku ,lalu aku mendengar suara gunting.Perbanku mulai dibuka.Aku merasa kepalaku terasa ringan.Berlapis-lapis perban lepas dari kepalaku .
“Bukalah matamu perlahan-lahan . . . aku merasa melihat seberkas cahaya.Lalu ,makin lama semuanya tampak lebih jelas.
Kulihat seorang wanita cantik dengan wajah keibuan .Apakah dia…
“Mama?”
“Oh Tuhan,kau bisa melihat ,anakku . . . “
Mama memelukku erat sekali,aku tahu beliau menangis
“Terima kasih ,Dokter!”
Dokter itu tersenyum.”Berterimakasihlah pada Tuhan ,Via .Tuhanlah yang telah memberimu penglihatan ini.”
Setelah dokter itu pergi dari kamarku.dan aku teringat sesuatu.”Liz . . . .”
“Kau ingin melihat Liz?”tanya Mama mengambil sesuatu dari sebelah tempat tidurku.Dan mataku terbelalak kaget.Sebuah BONEKA…
“Di…dia Liz?”
“Ya,dia Liz.Kau sangat menyayangi dia ,kan?Mama tahu kau suka berbicara dengannya.Papamu yang memberikannya sebelum ia meninggal.”
Aku semakin tak percaya.Tiba-tiba kulihat bibirnya bergerak perlahan ,seolah-olah mengatakan selamat tinggal.Apakah ini khayalanku? Bulu kudukku merinding.
*Penerbit : Penerbitan Sarana Bobo
Aku tersenyum,lalu membuka mataku.Tapi semuanya sama saja.Gelap,tanpa seberkas cahaya pun.Ya,inilah duniaku.Aku berharap,saat pagi datang,aku akan dapat melihat burung-burung yang berterbangan dan tetes embun di atas dedaunan.Itu adalah hal yang biasa bagi anak normal,tetapi merupakan impian bagiku.
Hari ini hari Minggu.Aku tak perlu bersiap-siap berangkat ke sekolah.Aku duduk di meja belajarku,sambil meraba-raba huruf braile yang ada di depanku.Aku lebih senang membaca buku daripada berjalan-jalan.Bukannya karena aku takut tersesat, tapi aku takut kejadian dulu terulang lagi.
Saat aku berjalan-jalan,beberapa anak kecil menghampiriku.Aku dapat merasakan tatapan mereka yang mengejek.Kemudian mereka tertawa dan berteriak
“Orang buta ! Orang buta!”Bahkan mereka melempariku dengan batu-batu kecil.Sejak saat itu,aku lebih suka mengurung diri.
Aku membutuhkan teman hingga akhirnya Liz datang.Aku tak tahu siapa dia .Saat pertamakali mengenalnya,,ia berkata,”Aku ada hanya untuk kamu,Via.Karena itu,aku minta kau tidak mengatakan pada siapapun tentang aku.”
Sejak itulah kami berteman.Liz selalu membangunkanku dengan kata-kata bijaknya.Dan Liz selalu ada saat aku sendirian di dalam kamar.Mama selalu pulang malam.Aku tahu ,mama berusaha keras agar dapat membiayai operasi mataku .Ah,seandainya Papa masih ada. . .
Aku menutup pintu kamar sambil tersenyum .
“Liz. . . . “
“Aku disini.Kau tampaknya sedang bahagia .”
“Ya.Tadi mama bilang,Minggu depan aku akan dioperasi.’’
Sunyi.Tidak ada jawaban.”Liz? Apa kau tidak senang?”
“Oh,aku senang.Hanya saja. . . aku takut kau tak akan mengenaliku lagi nantinya .”
“Liz kau tak perlu khawatir.Siapa pun kamu ,dari mana pun asalmu aku tak peduli ,kau adalah sahabatmu.”
“Kau akan berkata lain nanti.Percayalah.”
Aku hendak membuka mulut lagi,Liz tidak mengijinkanku.
“Dunia itu indah .Tapi ingatlah,jangan terjebak oleh keindahan dunia.”
“Liz . . .” Sunyi.Tak ada jawaban .Ke mana Liz? Dan siapa dia?
Aku terbaring di sebuah ranjang.Suara alat-alat terdengar di telingaku.Aku takut .Kemudian beberapa orang suster dan dokter berbicara,tapi aku tak dapat mendengarkannya lagi .Aku merasa mengantuk .Dan aku pun terlelap.
Aku tak tahu apakah aku dalam keadaan sadar atau tidak .Yang jelas, aku merasa tubuhku begitu ringan .Suasana begitu sunyi.Aku merasa sedikit takut.
“Via ,ini aku Liz ,”tiba-tiba Liz berada di hadapanku.”Jangan takut ,tenanglah sebentar lagi kau akan bisa melihat .Kau akan tahu bagaimana bunga-bunga di taman dan birunya langit ,kau akan menjadi anak yang normal.Aku tahu kau adalah anak yang baik.Jangan lupakan mereka yang pernah senasib denganmu.Ingatlah,betapa sulitnya hidup dalam kegelapan.”
Setelah itu semuanya kembali sunyi.
“Kau sudah siap? Sebentar lagi kau akan bisa melihat .”
“Ya ,Dokter.Aku Cuma terlalu senang.”Aku tertawa kecil.jantungku berdebar kencang.Mama memegang erat tanganku .
Dokter memegang perbanku ,lalu aku mendengar suara gunting.Perbanku mulai dibuka.Aku merasa kepalaku terasa ringan.Berlapis-lapis perban lepas dari kepalaku .
“Bukalah matamu perlahan-lahan . . . aku merasa melihat seberkas cahaya.Lalu ,makin lama semuanya tampak lebih jelas.
Kulihat seorang wanita cantik dengan wajah keibuan .Apakah dia…
“Mama?”
“Oh Tuhan,kau bisa melihat ,anakku . . . “
Mama memelukku erat sekali,aku tahu beliau menangis
“Terima kasih ,Dokter!”
Dokter itu tersenyum.”Berterimakasihlah pada Tuhan ,Via .Tuhanlah yang telah memberimu penglihatan ini.”
Setelah dokter itu pergi dari kamarku.dan aku teringat sesuatu.”Liz . . . .”
“Kau ingin melihat Liz?”tanya Mama mengambil sesuatu dari sebelah tempat tidurku.Dan mataku terbelalak kaget.Sebuah BONEKA…
“Di…dia Liz?”
“Ya,dia Liz.Kau sangat menyayangi dia ,kan?Mama tahu kau suka berbicara dengannya.Papamu yang memberikannya sebelum ia meninggal.”
Aku semakin tak percaya.Tiba-tiba kulihat bibirnya bergerak perlahan ,seolah-olah mengatakan selamat tinggal.Apakah ini khayalanku? Bulu kudukku merinding.
*Penerbit : Penerbitan Sarana Bobo